Friday, November 27, 2015

Bunga kecil itu adalah Chamomilla

Menyitir Babynames Fatima  berarti "yang bercahaya", Zara berarti " putri" dan  Chamomilla adalah bunga kecil yang cantik yang memiliki banyak kegunaan. Selain cantik, chamomilla banyak dipakai untuk pengobatan. Dan engkau anakku, diberi nama sesuai harapan orang tuamu agar kau kelak dapat berguna bagi orang lain. 


Seperti itulah dirimu, mungil, ceria, gembira, membuat orang lain di sekitarmu merasa bahagia. 
Belum dua tahun saat memes "meninggalkanmu" (ah, memes benci kata itu). Rasa khawatir dan rindu berandai seperti apakah dirimu. Seperti apakah rasanya memelukmu lagi. Karena kutahu teramat rindu lengan ini ingin menggendongmu. Teramat lama hati ini tak berdegup senada alunanmu.

Ternyata kekhawatiran itu engkau tepis. Dirimu luar biasa. Engkau mandiri, ceria, dan dewasa. Tiada kesedihan di harimu. Engkau optimis, dan membuat iri memesmu. 

Oh anakku, Memes tak akan kalah darimu. Lihat memes juga berjuang di sini sayang. Sampai memes menjemputmu, sehatlah selalu. Terima kasih sudah mengajari memes. 

viva voce

diambil dari google
                             
Chamomilla

Engkau tak seperti bunga matahari, 
yang harus menunduk ketika mekar sempurna
Engkau tak harus besar dan meninggi seperti dia
tapi kau memiliki kebesaran matahari
karena kau selalu menyapa setiap pagi

bunga pitamu berwarna putih, seputih lembaran hidupmu
ketika Tuhan menitipkanmu pada kami
bunga tabungmu berwarna kuning, seceria hatimu
menggembirakan kami

Oh, chamomilla
teruslah tumbuh
berikan salam pada yang berjalan hari ini
berkatilah mereka dengan senyummu
obatilah yang terluka

Mekarlah
hingga suatu hari 
pecinta bunga itu datang 
kami yakin kau akan bertambah cantik
karena dia memujamu dengan cinta

----Dari kota ungu, Toulouse---









Sunday, November 15, 2015

Pray for Paris


Catatan untuk Aretho dan Fatima

Bacalah sayang, dan resapilah: Cintailah manusia tanpa syarat, karena begitulah cara Tuhan mencintai kita.

      Jum'at, 13 November terjadi penyerangan oleh teroris di Paris, Perancis. Mereka menyerbu tujuh lokasi yang berbeda dalam satu waktu yang berdekatan, menewaskan 129 orang dan lebih dari 350 orang terluka. Korban terbanyak berada di lokasi Bataclan concert hall, dimana konser musik sedang berlangsung. Enam lokasi lain meliputi restoran, bar, dan di sekitar stadium olahraga (pada saat itu sedang berlangsung pertandingan persahabatan Perancis-Jerman).
      Empati dan ungkapan belasungkawa berdatangan, terutama di jejaring sosial. Sebagai manusia, yang memiliki rasa kemanusiaan, pasti tak ada seorang-pun yang  membenarkan tindakan barbar dan brutal menghilangkan nyawa manusia lain seperti ini.
      Hei, tapi mari kita lihat. Ternyata ada saja sebagian 'manusia' (beberapa diantaranya adalah teman-teman saya) yang menilai rendah kejadian ini dengan membandingkannya dengan tragedi di Palestina dan Suriah. Mereka berpendapat seolah-olah nilai orang-orang yang meninggal di Paris kemarin lebih rendah daripada orang-orang yang meninggal di Palestina atau di Timur Tengah.  Mereka berujar bahwa tiap hari di Palestina bayi, perempuan, jihad meninggal dunia karena Israel dan tidak ada dunia yang menaruh perhatian pada hal ini, tapi begitu teroris menyerbu negara-negara besar mereka menunjukkan perhatian luar biasa. Mereka beramai-ramai mengunggah foto" tandingan", menunjukkan para korban di Palestina. Lalu apakah ini salah?
   

Saya manusia, dan saya muslim.

      Saya diajari menjadi manusia oleh kehidupan. Oleh orangtua saya, saya diajari untuk mencintai orang lain (manusia) lain karena kita adalah manusia. Mereka tidak pernah mengajarkan saya untuk mencintai manusia lain dengan syarat mereka memiliki kesamaan agama, negara, ras, atau apapun kesamaan lain dengan kita. Kita menintai dan menolong orang lain karena kita adalah manusia. se-sederhana itu.
     Saya juga diajari bahwa Islam adalah agama kasih sayang-rahmatan lil 'alamin. Dan saya meyakini bahwa rasa kasih sayang, kemanusiaan dan cinta itu berlaku untuk semua manusia, bukan hanya untuk muslim saja. Rasa kemanusiaan tergugah ketika ada manusia lain yang mengalami tragedi, cobaan dalam hidup mereka. Rasa sayang itu terungkapkan dan membuat kita merasakan kalau saja kita adalah orang tersebut, kalau saja kita adalah korban atau kelurga korban tersebut, merasakan kesamaan gelombang ketakutan, putus asa, sedih, tak berdaya, karena kita tidak tahu apa atau mengapa mereka menyerang kita. Ketika kau merasakan tak berdaya karena kau tidak pernah memperkirakan akan terjadi tragedi dalam hidupmu.
   
Saya mencintai Paris, mencintai Perancis. Saya tiba di negeri ini hampir dua bulan yang lalu. Negara penjunjung tinggi liberty, egality, fraternity menyambut saya dengan keramahannya untuk menimba ilmu. Meskipun tinggal di Toulouse, daerah selatan Perancis yang tenang jauh dari Paris yang ramai (dan walaupun belum pernah ke Paris karena belum ada ijin libur dari supervisor) namun rasa sayang itu tumbuh. Meskipun disini sendirian, saya bertemu dan bekerja dengan mahasiswa lain yang sama-sama belajar hidup, dan mengemban misi dari negara masing -masing untuk mendapatkan ilmu terbaik di negeri ini. Menghirup udara Perancis, meminum airnya, berbagi senyum dengan penduduknya, berbagi hari yang indah untuk orang lain, menyentuh manusia lain dengan keberadaanmu, dan menghidupkan jiwa. Dan ketika ada tragedi  seperti jum'at kemarin, maka rasa kemanusiaan itu tergugah, terungkapkan, tertuliskan, tersebarkan.

      Tetapi sayang, bahkan ketika kita bersikap menunjukkan sisi kemanusiaan kita, selalu saja ada orang lain yang menilai salah diri kita. Dan yang melakukan itu notabene adalah orang-orang yang memiliki kesamaan religi dengan saya. Mereka memposting bahwa tragedi di Paris tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan konflik Palestina. Oh, ayolah...Dimana sisi manusia-mu itu? Apakah kau diajari untuk mencintai manusia yang satu agama dengan kamu saja? Lalu untuk apa Tuhan menciptakan kaumnya berbeda suku, ras dan agama? Satu kelompok untuk kamu cintai, satu kelompok lain untuk kamu nilai rendah kemanusiannya? Untuk kau anggap rendah nilai hidupnya hanya karena mereka beda agama dengan kamu? Mikir...Baca kitabmu..!
Kalau kau masih berpikir kau hanya akan mencintai manusia karena mereka satu agama dengan kamu, jangan kau tulis di wajahmu. Jangna kau tulis di tembok ratapanmu (baca wall facebook-mu). Tolong, tulislah di hatimu saja, biar orang lain tidak kasihan pada dirimu. Biar orang lain yang memiliki cinta untuk manusia lain tidak merasa bersalah. Biar ia tidak memviral dan membatasi cinta untuk menyebar. Biar generasi baru tidak pernah melihat tulisan itu. Tolong...

Apakah kau tahu, temanku?

Saya prihatin dan bersedih dengan konflik Palestina, tapi saya juga prihatin dan bersedih untuk Paris. Menjadi muslim di Perancis tidak akan mudah setelah kejadian ini. Akan ada orang yang menghakimi kita karena kita berbagi agama yang sama dengan teroris itu. Akan ada muslim yang merasa khawatir dan was-was karena mereka akan menjadi sasaran kecurigaan dan kemarahan karena kita satu agama dengan teroris itu. Tidak akan cukup menjelaskan bahwa islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, bahwa islam mengajarkan kasih sayang kepada semua manusia. Tapi hei,,,dengan statusmu itu mereka berpikir bahwa islam hanya mengajarkan untuk mencintai islam saja,bukan? (Pikir lagi ya...).

Masalah teroris akan menjadi masalah semua negara di dunia, dan kita tidak tahu kapan akan berakhir. Jangan menyebarkan berita yang kau tidak tahu kebenarannya. Kalau kau tahu tentang farmasi saja, maka kalau kau tak tahu tentang politik, konflik sosial, diamlah. Tidak ada yang akan menganggapmu bodoh. Kalau kau tahu tentang teori ekonomi saja, diamlah tak usah memposting berita lain yang kau tak tahu kebenarannya. Bacalah...Bacalah.. Lihatlah dengan kacamata berbeda.

Terakhir, kalau kau masih menyalahkan orang yang mengungkapkan cintanya kepada manusia lain dalam serangan di Paris kemarin, bersedihlah. Kalau kau tak tahu mencintai manusia, menangislah... dan berpikirlah kalau saja kau dilahirkan dalam kondisi yang berbeda. Bayangkan andai saja: Kau tak memiliki agama. Kau bukan muslim, Kau adalah Perancis.


ditulis di Thales yang berkabut