Monday, May 12, 2025

 Syameela


Penyadaran diri melalui kanal hampa di ruang-ruang kesepian nan lelah

ketika bonus bulanan dari Tuhan diterima sehingga tiada kalam-Nya bisa terjamah

cahaya ketika lentera sementara tiada bisa dinyalakan karena redup dan lemah

baik air dingin ketika panas hati merajai dan emosi tak mau mengalah


setiap helai daun jatuh atas kehendakNya

pun air mata seorang ibu jatuh tiada tanpa prayoga

setali keresahan hati dan jumpanya mutiara

sebagai petuah kepada seorang hamba









 ASPD dan seleksi siwa baru, ujian bagi anak atau ujian bagi ortu?


ASPD (Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah) merupakan ujian bagi siswa SD dan SMP/ sederajat yang hanya berlaku di Jogja. Ini seperti sistem ujian EBTANAS zaman dulu (iya, zaman dulu, kalau kamu termasuk generasi milenial pasti sudah gak asing)πŸ˜ƒ. 

Dengan sistem ASPD ini, maka siswa kelas 6 SD atau kelas 3 SMP akan diuji kemampuan literasi membaca, numerasi, dan sainsnya. Nilai ini akan digunakan sebagai salah satu sarana menyaring siswa baru bagi skema reguler, selain ada beberapa skema seperti skema domisili, afirmasi, atau mutasi. Karena Fatima sudah kelas 6 dan Abe kelas 9, maka mereka juga mengikuti ASPD ini. Abe ujian ASPD lebih awal, tanggal 5 - 7 Mei 2025 dan adeknya ujian tanggal 19-21 Mei 2025. Kedua anak kami ingin melanjutkan ke sekolah negeri di kota (madya) dengan alasan ingin mendapatkan fasilitas pendidikan yang 'relatif' lebih baik serta lokasinya yang dekat dengan tempat les serta pusat bisnis. Karena kami tinggal di Kalasan yang notabene jauh dari kota, dan tidak mungkin masuk sekolah negeri dengan jalur domisili, maka jalur yang bisa ditempuh hanya jalur reguler + prestasi. Banyak hal yang harus kami siapkan sejak mereka menginjak kelas akhir.

Anak-anak sejak semester 2 di kelas akhir sudah intensif ikut bimbel di sekolah. Kami sebagai ortu juga gak ada habisnya menyuruh mengingatkan mereka untuk belajar lebih giat. Walaupun kadang ketika menyuruh mereka nada naik satu dua oktaf, toh ini dilandasi agar mereka lebih serius dalam belajar karena saingan masuk ke sekolah negeri sangat ketat.

Satu hal yang kami syukuri terutama karena Abe sekolah di SMPIT boarding, dia sudah sedikit terpapar dengan konsep "ridho' akan ketetapan Allah. Memaknai bahwa ujian ASPD hanyalah sebagian kecil dari ujian-Nya yang diberikan, dan akan ada banyak ujian-Nya yang lain selama dia hidup. Nilai ASPD adalah perjumpaan antara ikhtiar, doa, dan takdir Allah. Sampai di situ, Alhamdulillah dia sudah paham. Semoga dia juga bisa menerima hasil ASPD nanti. Adeknya, masih butuh bimbingan karena moodnya untuk belajar dan main belum bisa dibedakan ha ha. Kadang di kamar rajin sekali belajar, kadang lebih rajin membaca Tere Liye atau Keigo Higashino πŸ˜† (tapi nilai TO literasi mmebaca dia 100 !πŸ‘πŸ‘πŸ‘. Yah, gak papa lah baca novel daripada stress dan cemas mau ujian. 

Sebagai ibu, sebagai memes mereka rasanya ASPD juga ujian bagiku. Ujian bagaimana belajar lebih tenang, sebelum menenangkan anak-anak, ujian lebih khusyu beribadah membersamai mereka, berpuasa saat mereka ujian (puasa untuk Allah, tapi doa orang berpuasa akan dikalbulkan-Nya bukan?) dan ujian menekan emosi buruk untuk menciptakan ketenangan selama mereja ujian. Bagaimana menciptakan rumah aman damai... walaupun  suara naik seoktaf dua oktaf lagi sesudahnya. πŸ˜€ (Daku masih belajar mengelola emosi di usia setua ini, gaiss.... maafkeun).

Aku juga membeli buku-buku soal latihan ASPD dan mengikutkan anak-anak ikut try out ASPD serta mendaftarkan mereka ikut lomba untuk menambah poin pretasi. Karena nilai keberterimaan siswa baru adalah gabungan dari nilai rapor dan ASPD, plus apabila ada raihan prestasi akademik/ non akademik bisa membantu menambah poin seleksi. 

Apakah semua ortu di Jogja secemas diriku? Mungkin iya. Meskipun aku tahun teman-teman anakku beberapa lebih santai karena mereka sudah mendaftar di sekolah swasta atau boarding school sehingga ujian ASPD bagi beberapa dari mereka hanya formalitas saja. Sama seperti perasaanku waktu Abe ikut ASPD SD  aku merasa lebih santai karena dia sudah terdaftar di boarding school favorit. Meskipun waktu itu kami juga berprinsip bahwa nilai ASPDnya harus bagus (nilai Abe saat itu 271, yah rerata 9 dan literasi membacanya 100! Super 😍😍😍. 

Yang aku tanamkan ke anak-anakku adalah di setiap momen ujian, mereka harus berusaha yang terbaik, meyakinkan mereka dengan doa mereka serta doa orang tua, kami bersama-sama menjemput takdir Tuhan. Tiada kekecewaan di akhirnya karena upaya kami sudah maksimal. Aku selalu mengatakan, "Kalau kamu kecewa tidak ada gunanya. Sebelum kamu kecewa, kamu harus serius belajar dan berdoa maksimal. Setelahnya tawakal dan husnuzan kepada Allah, ridho, ridho, ridho". Ini adalah momen latihan mereka menjalani siklus kehidupan. 

Berapa banyak ujian yang akan mereka lalui? Masuk SMP, SMA, kuliah, beasiswa, pekerjaan, pernikahan, pengasuhan anak, pertemanan, kehilangan, perpisahan, percintaan, pendidikan, ahhhh banyaknya!  Aku (beberapa) sudah mengalaminya, dan sekarang pun sedang dan masih akan menjalani ujian. Aku harap kami tidak menjadi batu ujian yang memberatkan satu sama lain. 

Memes berharap menjadi kekuatan bagi anak-anakku saat mereka mengarungi ujian kehidupan. Tempat mereka bertanya atau bersandar ketika mereka lelah dan bingung. Tempat mereka berkata, "Minta doa restunya, ya Mes. Maafkan aku, dan terima kasih untuk semuanya".  Aku ingin mendengar kalimat itu sepanjang aku diijinkan menemani mereka. 

Aku ingin menjadi pengingat bagi mereka bahwa ujian bukan hanyalah urusan dunia, tapi bisa kita tujukan untuk akhirat kita. Bahwa segala capai dan lelah kita akan digantikan oleh Allah. Segala amalan di malam dan siang kita, akan digantikan oleh-Nya, dengan balasan yang jauh-jauh lebih besar dan indah. 

Tuhan, mudahkanlah urusan dunia kami dan muliakanlah urusan rezeki serta akhirat kami. 

Tuhan, ijinkanlah aku selalu ada di hati anak-anakku. Saat ujian, ataupun tidak.